SUDAH SAATNYA MATA BERTEMU MATA
SUDAH SAATNYA MATA BERTEMU MATA
(SE NOMOR 3 TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN TATAP MUKA DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT)
Oleh : ANDIKHA
Pernahkah kita berpikir bahwa untuk menjadi cerdas cukup dengan mengisi absen dan mengerjakan tugas ? Pernahkah kita berpikir bahwa untuk membuka lapangan pekerjaan cukup dengan baca buku dan rebahan ? Pernahkah kita berpikir bahwa untuk menjadi pesaing bangsa besar cukup dengan buka mata lalu buka layar ?
Akan ada banyak hal yang harus kita akui, bahwa salah satunya adalah pembelajaran daring sangat tidak efektif. Walaupun hanya itu yang bisa kita lakukan saat situasi covid 19 semakin parah setidaknya kita sebagai mahasiswa harus selalu berpikir tentang kondisi ideal. Apa goalnya dan bagaimana metodenya.
Lagi lagi harus kita akui bahwa lebih dari 1 tahun belakangan hanya itu yang bisa kita lakukan di situasi saat ini, pertanyaannya adalah sampai kapan kita harus mengakui bahwa situasi memperlambat dan menghambat kita untuk menjadi orang yang cerdas dan mencerdaskan.
Saat situasi kembali normal kita tidak hanya bersaing dengan bangsa asing, tapi juga dengan saudara sebangsa kita yang sebelumnya kehilangan pekerjaan atau kehilangan mata pencaharian karna pandemi. Tentu yang harus kita sadari adalah mereka mempunyai kualitas dan pengalaman yang berbeda dengan kita, kualitas mereka yang belajar langsung di lapangan akan berbeda dengan kita. Ini tentang jam terbang, untuk mendapatkan jam terbang yang tinggi tidak cukup hanya dengan telentang dan rebahan.
Untuk meningkatkan hardskill memang benar buku sangat membantu dalam proses pembelajaran, bahkan teori teori displin ilmu masing-masing dari kita tertuang di buku yang direkomendasikan oleh dosen di layar laptop atau hp kita. Tapi lagi lagi muncul pertanyaan apakah itu cukup ?
Untuk saat ini kita harus jujur mengenai kualitas diri dan tantangan masa depan, kita tidak boleh mengesampingkan tentang peningkatan softskill, untuk meningkatkan softskill agak sulit apabila dikembangkan hanya dengan menghadap layar dan senderan dengan bantal. Inilah yang tentunya harus kita sadari bagaimana sulitnya melatih kepemimpinan, manajemen waktu, public speaking, kerja sama tim, networking dan lain-lain dengan sistem daring. Entah itu hardskill dan softskill keduanya sama sama sulit apabila kita terus terusan melakukan pembelajaran secara daring. Mari kita bandingkan diri kita dengan mereka yang sebelumnya melakukan pembelajaran normal. Lagi dan lagi muncul pertanyaan seperti paragraf pertama.
Sudah 1 tahun lebih kita melakukan pembelajaran secara daring tentunya sudah banyak evaluasi yang di dapatkan. Saya sangat support dengan kebijakan ini mengingat tantangan masa depan yang semakin sulit dan sumber daya manusia harus segera ditingkatkan. Kemudian juga pada tahun 2030-2040 diprediksi Bonus Demografi di Indonesia akan mencapai puncaknya, jika mampu memaksimalkan Bonus Demografi saya meyakini bahwa Indonesia akan menjadi negara yang maju. Sebaliknya apabila Bonus Demografi ini tidak dipersiapkan dengan baik mulai sekarang malah akan menjadi malapetaka bagi bangsa kita, karena tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusianya.
Mari kita sambut kebijakan tatap muka ini dengan suka cita tanpa mengurangi rasa ke hati hatian. Semoga ini adalah langkah awal yang tepat untuk kita mempersiapkan diri menyambut Bonus Demografi di tahun 2030-2040. Tapi dengan catatan pembelajaran tatap muka harus di persiapkan dengan sempurna dan juga seluruh metode pembelajaran tatap muka adalah hasil evaluasi lebih dari 1 tahun belakangan bukan atas dasar kelinci percobaan.
Komentar
Posting Komentar