POJOK OPINI: Dilema Anak Perantauan Saat Wabah Covid-19

Tulisan ini berangkat dari keresahan hati teman teman mahasiswa perantauan yg terjebak di wilayah terinfeksi Covid-19, semoga kesehatan fisik dan mental teman teman semua tetap stabil. Salam hangat dari aku yang ingin melihatmu tetap terlindungi dan terjaga, mari kita semogakan pendidikan dan kesehatanmu baik baik saja. 

Tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan pihak tertentu, hanya saja ini adalah buah dari pikiran yang merdeka. Sesuai dengan Undang Undang No 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Dimuka Umum pasal 1 angka 1 

"Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku". 
Pikiran yang merdeka ini tidak ditunggangi dan tidak dijajah oleh siapapun.

Jadi begini, banyak keresahan hati teman teman mahasiswa yang masih terjebak di wilayah terinfeksi Covid-19 yang beberapa akan saya suarakan dan sisanya biar mereka yang menyuarakan sendiri.


Sejumlah mahasiswa mengeluhkan bahwa Perkuliahan Online ini tidak sesuai dengan ekspektasi mereka, awalnya mahasiswa mengira bahwa perkuliahan akan berlangsung tatap muka seperti biasanya, hanya saja berbasis online. Tetapi pada kenyataannya beberapa pihak tertentu cenderung mengganti pemberian materi dengan pemberian tugas yang lebih banyak daripada saat perkuliahan tatap muka berlangsung. Mahasiwa seolah olah dikejar deadline tugas yang menumpuk dari berbagai mata kuliah yang berbeda.

Bahkan di beberapa kasus yang terjadi  mahasiswa hanya di berikan materi dan disuruh mempelajari sendiri, tidak jarang mahasiswa langsung diberikan tugas tanpa diberikan pemahaman terlebih dahulu. 

Sebenarnya mahasiswa tidak terbebani dengan tugas online ini apabila sedikit, tidak menumpuk, dan tidak terjadi di saat Covid-19 melanda. Mungkin bagi para pihak tertentu menganggap tugas adalah bagian dari perkuliahan, ada juga yang beranggapan bahwa tidak mengerjakan tugas sama saja artinya tidak menyanggupi kewajiban sebagai mahasiswa. Ya benar kita semua sepakat bahwa tugas adalah bagian dari perkuliahan, tapi yang jadi permasalahan adalah Covid-19 sedang merajalela, saat ini kewajiban mahasiswa bukan hanya memastikan otaknya tetap bekerja dengan mengerjakan tugas yang ada, tetapi mereka juga berkewajiban untuk mempertahankan hidupnya, menjaga kesehatannya,memastikan gizinya tercukupi, dan sialnya bagi mahasiswa perantauan semua itu mereka lakukan sendirian bahkan mereka juga berkewajiban untuk meyakinkan keluarga di kampung halaman bahwa mereka sedang baik baik saja.


Saat ini perekonomian di Indonesia bahkan di seluruh dunia sedang terganggu akibat Covid-19, banyak toko, rumah makan, cafe, dan penyedia jasa tutup demi memutuskan penyebaran Covid-19. Itu artinya mahasiswa perantauan yang orang tuanya berprofesi sebagai pengusaha/pedagang yang omsetnya sedang menurun harus ekstra hemat untuk mengatur keuangan, mahasiswa perantauan dituntut untuk menyiasati, mengantisipasi, dan merencanakan semuanya. Lagi lagi sialnya itu semua mereka lakukan sendirian, melakukan semuanya sendirian bukanlah perkara mudah ditambah dengan beban psikologis yang di hadapi oleh mahasiswa perantauan. Seperti kekhawatiran terinfeksi, kekhawatiran dengan kondisi keluarga di kampung halaman, sampai kekhawatiran kira kira besok masih sanggup beli kuota atau tidak. Kita tidak bisa memungkiri bahwa Covid-19 ini memberikan dampak ke berbagai macam aspek terutama ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain lain. Satu hal yang perlu diingat bahwa

"Physical Distancing Is Not Same For Everyone".

Ada berita yang mengatakan bahwa Menteri Keuangan Negara bagian Hesse, Jerman Thomas Schaefer bunuh diri akibat stress dan kekhawatiran yang tinggi atas dampak penyebaran Covid-19 terhadap perekonomian di Jerman. Jangan sampai kasus bunuh diri akibat stres ini terjadi dengan mahasiswa di Indonesia mengingat beban psikologis yang harus di tanggung mahasiswa perantauan yang cukup berat. 

Perlu diingat bahwa ada kemungkinan mahasiswa akan stress dan begadang untuk mengerjakan tugas yang akan mempengaruhi imunitas dan sistem kekebalan tubuh.

Presiden Ghana pernah berkata, kita akan selalu tau bagaimana memajukan perekonomian, tapi kita tidak pernah tau bagaimana menghidupkan orang mati. Selaras dengan dunia pendidikan, kita tidak akan pernah kehabisan cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tapi kita tidak akan pernah tau bagaimana mengembalikan nyawa orang yang telah tiada. Itulah mengapa saat ini faktor-faktor yang menyebabkan kesehatan menurun agar segera diatasi, kita harus fokus kepada hal paling penting yaitu kesehatan. Kita juga berharap supaya Covid-19 ini cepat berlalu dan berhenti. Saya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk sepakat bahwa orang yang sehat adalah orang yang mampu memajukan ekonomi dan pendidikan. Mari kita saling mendukung agar yang sehat tetap sehat dan yang sakit agar segera pulih. 


Mahasiswa sejatinya tidak meminta keringanan dari pihak tertentu, mahasiswa  hanya butuh sedikit pengertian. Hal terpenting sekarang adalah bagaimana caranya mengedukasi masyarakat tentang Covid-19 dan yang paling dekat dengan masyarakat sekarang adalah mahasiswa sebagai kaum intelektual. Sekali lagi saya ingatkan bahwa

 "Physical Distancing Is Not Same For Everyone"

Penulis: Andhika, Angkatan 2018

Departemen Kajian Strategi & Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa
#KabinetBeraksi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GAYA MILENIAL DALAM MEMAKNAI PANCASILA