Hedonisme ala Pejabat Indonesia
Penulis : M. Nooryasin Irhami (2020)
Hedonisme ala Pejabat Indonesia
Seperti yang kita tahu dan sadari, situasi di Indonesia sekarang ini belum bisa dikatakan kondusif, penyebab utamanya adalah pandemi corona virus disease 2019 (covid-19) yang melanda hampir seluruh negara di dunia. Akhir-akhir ini, dalam rangka penanggulangan pandemi, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang sederhananya kebijakan ini membatasi kegiatan-kegiatan masyarakat yang disinyalir menimbulkan kerumunan dan berpotensi menjadi klasterpenyebaran covid-19. Terang saja, kebijakan ini disambut dengan pro dan kontra di masyarakat, karena kebijakan ini akan menghambat perekonomian mereka yang bahkan sudah sulit sebelum kebijakan ini diberlakukan. Masyarakat juga terang-terangan mengakui bahwa jika PPKM ini terus dilanjutkan dan bantuan dari pemerintah dinilai masih tidak merata, mereka tidak akan bisa bertahan hidup, alih-alih tersiksa karena terinfeksi virus, mereka akan tersiksa oleh rasa lapar.
Ditengah situasi sulit seperti ini, muncul berita yang cukup mengecewakan masyarakat, meskipun tidak mengejutkan. Berita yang dimaksud tidak lain adalah berita tentang anggaran pengadaan seragam baru DPRD Kota Tangerang yang meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya, dan beberapa sumber berita menyampaikan pengadaan seragam baru ini menggunakan merek terkenal dari luar negeri. Tentu saja hal ini langsung menuai penolakan habis-habisan oleh masyarakat umum, terutama melaui media sosial seperti Twitter, Instagram, dan lainnya. Sejurus kemudian, menurut pantauan terakhir penulis, DPRD Kota Tangerang resmi membatalkan agenda pengadaan seragam baru mereka tersebut.
Sebenarnya, berita tentang gaya hidup mewah para wakil rakyat ini tidak cuma muncul sekali ini, beberapa waktu yang lalu, mencuat kabar tentang adanya permintaan dari anggota DPR yang meminta Menteri Kesehatan untuk memberikan fasilitas ICU khusus wakil rakyat yang terpapar covid-19. Dan jika kita mencoba menilik lebih jauh lagi bahkan pada periode yang lalu, Indonesia juga pernah diramaikan oleh kabar tentang anggaran kursi di gedung DPR yang bernilai miliaran. Berita-berita semacam itu tentu langsung mendapat penolakandari berbagai pihak, meski begitu, seringkali muncul pertanyaan apa yang menyebabkan para pejabat kita senang bermewah-mewah dan selalu mendambakan ekslusifitasdalam setiap urusan?
Pengertian Hedonisme
Berdasarkan hal tersebut, kita akan menyadari satu hal yaitu mayoritas pejabat di Indonesia memiliki gaya hidup hedonistik atau hedonisme, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai gaya atau pandangan hidup yang mengutamakan kesenangan dan kenikmatan yang didapat dengan cara apapun demi mencapai kebahagiaan yang merupakan tujuan hidup utama mereka-penganut hedonisme.Epicurus, filsuf yang menganut pandangan hidup atau filsafat hedonisme beranggapan bahwa tujuan hidup manusia adalah kenikmatan, dan kenikmatan yang dimaksud adalah kenikmatan yang dicapai dengan ketenangan badan, pikiran, dan jiwa serta kebijaksanaan dalam menyikapi kehidupan. Tetapi, seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, di masa kini hedonisme dalam pemahaman umum masyarakat sudah melenceng jauh dari ajaran hedonisme Epicurus. Karena perbedaan pemahaman tersebut, hedonisme tidak dapat disimpulkan sebagai pandangan hidup yang sepenuhnya negatif dan membawa keburukan, ia juga memiliki sisi positif yang harus diambil oleh umat manusia. Dan pada tulisan ini, hedonisme yang menjadi fokus kita adalah hedonisme masa kini.
Hedonisme masyarakat dan pejabat di Indonesia
Jika kita telaah lebih dalam tentang hedonisme ini, kita akan memahami bahwa pandangan hidup ini sudah melekat sangat kuat dalam budaya masyarakat Indonesia, kebanyakannya adalah masyarakat yang tingkat ekonominyatermasuk kalangan menengah keatas. Biasanya penganut hedonisme-meski mereka seringkali tak menyadari bahwa telah menganut hedonisme, rela mengehabiskan banyak harta dengan membeli barang-barang terbaru atau berlibur ke tempat terindah atas dasar mencari kesenangan dan kenikmatan. Seperti yang sudah disebutkan, perilaku hedonisme ini seringkali tumbuh di kalangan masyarakat menengah keatas, yang mana para wakil rakyat serta pejabat-pejabat strategis di Indonesia kebanyakan berasal dari kalangan masyarakat tersebut. Dan bisa kita perhatikan juga bahwa ada sebuah stigma dari masyarakat kebanyakan yang melekat dalam diri seorang pejabat, seolah-olah setiap pejabat itu harus berpakaian yang mahal, harus royal, dan selalu menggunakan mobil mewah berplat merah. Hal inilah yang juga menjadi motivasi para pemangku kebijakan di Indonesia untuk bergaya hidup hedonisme-sekali lagi, meski mereka tak menyadarinya. Tentu saja hal ini bukan sebuah pertanda baik bagi sebuah bangsa, karena hedonisme sendiri memiliki dampak positif serta negatif yang harus mendapat perhatian serius.
Pandangan hidup hedonisme ini bisa menjadikan manusia sebagai pribadi yang egois, cenderung oportunis dan tidak memiliki rasa empati terhadap lingkungan sosial, bahkan pada tingkat yang lebih ekstrem, hedonisme bisa membuat manusia melakukan normalisasi atau mewajarkan kesenangan dan kenikmatan mereka meskipun kesenangan dan kenikmatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada. Di sisi lain, hedonisme juga memiliki sisi positif seperti hedonisme dapat membuat manusia memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai apa yang diinginkan dan hedonisme akan menjadikan manusia sebagai pribadi yang pantang menyerah serta pandai melihat peluang.
Rasa empati sebagai kontrol terhadap gaya hidup hedonisme
Salah satu cara terbaik mengontrol perilaku hedonisme adalah menumbuhkan serta menjaga rasa empati di dalam diri setiap manusia, empati secara sederhana dapat dimaknai sebagai kemampuan memahami perasaan orang lain, contohnya adalah rasa iba terhadap kondisi orang lain. Jika pejabat-pejabat yang dibahas sebelumnya memiliki rasa empati, tentunya mereka akan memikirkan kondisi rakyat yang diwakilinya, mereka akan memprioritaskan kesejahteraan rakyat yang mana itu adalah tugas utama mereka. Tidak hanya pejabat, masyarakat juga seharusnya mulai menanamkan rasa empati yang tinggi ditengahgempuran gaya hidup hedonisme seperti sekarang, karena bagaimanapun, para pejabat yang sekarang memerintahawalnya juga berasal dari masyarakat umum. Maka dari itu, pada tingkat yang paling dasar yang bisa kita lakukan adalah mengontrol gaya hidup masing-masing dan meningkatkan rasa empati terhadap lingkungan sosial.
M. Nooryasin Irhami
Wakil Kepala Departemen Sosmaspolhum
BEM FH ULM
#KabinetDeFuturo
Komentar
Posting Komentar