Kepakan Sayap Jibril

Penulis: Andikha (2018)



Ilmu adalah elemen penting dalam peradaban manusia, demi menunjang peradaban manusia pada setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik ilmu selalu berkembang karena akal dan pikiran manusia. Sebagai pemuda kita dituntut untuk mencari ilmu sebanyak banyaknya, dalam kehidupan manusia ilmu hadir sebagai mahkota kehormatan bagi setiap yang mencarinya.

Mendapatkan ilmu bukanlah suatu hal yang mudah, butuh perjuangan, pengorbanan, serta dedikasi yang tinggi. Tidak jarang mereka akan sombong ketika merasa dirinya lebih berilmu dari pada yang lain, bahkan ada juga mereka yang menggunakan ilmunya untuk kepentingan dirinya sendiri dan merugikan orang lain.

Banyak dari mereka yang merasa lebih pintar dari orang lain, tapi lupa bagaimana caranya memanusiakan manusia. Itulah yang sedang terjadi di negara kita, sistem pendidikan kita terlalu terfokus kepada angka bukan makna, padahal sejatinya seseorang yang dianggap berhasil mendapatkan ilmu adalah ketika mereka mampu memaknai apa arti dari ilmu yang dicarinya.

Imanuel Kant pernah berkata “Setinggi-tinggi bintang di langit masih tinggi moralitas di dada manusia.” Perbedaan kita sebagai manusia dan makhluk lainnya adalah moralitas. Inilah yang harus segera di perbaiki di sistem pendidikan di negara kita, sudah cukup pembahasan tentang standarisasi nilai, sudah cukup pembahasan tentang siapa yang ranking 1 dan lebih pintar dari yang lainnya, sekarang sudah saatnya memaksimalkan potensi yang ada di setiap manusia sesuai dengan bidang dan keahliannya. Karna ketika kita terlalu fokus dengan angka, seseorang akan melakukan segala cara agar nilainya sesuai standar.

Karna standarisasi inilah manusia di zaman sekarang lebih mementingkan ilmu ketimbang dengan adab, padahal Adab hadir sebagai penyeimbang antara ilmu dan perilaku, supaya kita sebagai manusia mampu mengimplementasikan ilmu yang didapat demi kebermanfaatan bersama. Karna tanpa adab tidak mungkin ilmu itu bisa di implementasikan dengan baik.

Ada sebuah kisah menarik yang bisa kita teladani dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, beliau dikenal dengan keluasan ilmu, bahkan Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Aku adalah pintunya ilmu, dan Ali adalah kuncinya".

Pernah suatu ketika ia di tanyakan dengan 1 pertanyaan yang sama oleh 10 orang yang berbeda, mana yang lebih penting antara ilmu dan harta. Sayyidina Ali bin Abi Thalib menjawab ilmu lebih penting dari pada harta dengan 10 alasan yang berbeda. Ini membuktikan luasnya ilmu dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Seseorang yang berilmu seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak pernah melupakan Adab dalam berperilaku, dikisahkan dalam kitab Al-Mawa'izh Al-'Usfuriyah karya Syekh Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfuri suatu ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib ingin berangkat sholat subuh berjamaah ketika sedang di perjalanan beliau bertemu orang tua, beliau tidak ingin mendahuluinya karna beliau menghormati dan memuliakan orang tua tersebut. Sesampainya di mesjid matahari sudah hampir terbit orang tua tersebut berjalan lurus dan tidak masuk masjid, kemudian barulah beliau tau kalau orang tua tersebut bukanlah orang Islam, saat itu Rasulullah sedang memanjangkan Rukuknya. Singkat cerita setelah selesai sholat subuh Rasulullah menjelaskan kenapa ia memanjangkan rukuknya

“Ketika aku rukuk dan membaca Subhaana rabbiyal 'adhiimi sepeti biasanya dan hendak mengangkat kepalaku, tiba-tiba datanglah malaikat Jibril meletakkan sayapnya dipunggungku dan menahanku dalam waktu yang cukup lama. Setelah ia mengangkat sayapnya aku mengangkat kepalaku”. Kemudian malaikat Jibril datang dan menjelaskan kepada rasulullah tentang apa yang terjadi dengan Ali.

“Kemudian aku diperintah oleh Allah SWT untuk menahanmu saat rukuk sampai Ali datang dan tidak terlambat mengikuti jamaah Shubuh”

Perintah ALLAH SWT kemudian sayap malaikat Jibril menjelaskan dan menuntaskan semuanya, bagaimana posisi seorang yang berilmu dan beradab. Inilah yang bisa kita teladani dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, seluas apapun ilmu yang kita punya jangan pernah melupakan adab. Ilmu yang didapat dengan susah payah harusnya bisa dimanfaatkan dengan baik. Percuma memiliki ilmu yang banyak tapi tidak memiliki adab, Karna pada akhirnya ilmu yang didapat tidak untuk diri sendiri tetapi untuk kebermanfaatan orang banyak.

“Sebenarnya Allah SWT tidak pernah menyuruh kita untuk berprestasi banyak-banyak, tapi bermanfaatlah sebanyak banyaknya, karna sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya”  salam hangat Andikha Ketua BEM FH ULM.

 
 


Ketua BEM FH ULM Periode 2021

#KabinetDeFuturo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GAYA MILENIAL DALAM MEMAKNAI PANCASILA

POJOK OPINI: Dilema Anak Perantauan Saat Wabah Covid-19