POJOK OPINI: Gagal dalam Sistem Jangan Sampai Gagal Jadi Manusia




Terhitung hampir 1 (satu) bulan lebih semenjak saya lockdown dan social distancing karena adanya virus yang berskala global. Hampir seluruh negara di buat kacau oleh virus dengan nama awal corona virus dan sekarang di sebut covid-19. Tidak sedikit korban akibat covid-19 ini ribuan manusia meninggal dunia di buatnya. Di Indonesia sudah mencapai 1000+ lebih dan terus meningkat. Kita tau sebelum covid-19 ini hadir, kita semua punya masalah masing-masing, baik masalah pribadi atau masalah bersama. Ada masalah yang harus kita kesampingkan  dan ada masalah yang tidak bisa di kesampingkan dalam keadaan covid-19 ini.
Melalui tulisan ini saya ingin menyampaikan beberapa keresahan saya pribadi mulai dari keluhan kawan-kawan mahasiswa dengan sistem kuliah online, tugas numpuk, konsultasi perihal skripsi dan lain-lainya. Ada 1 (satu) tagar di sosial media yang sangat tidak saya setujui sebagai mahasiswa yang bertuliskan #mahasiswadown dan beberapa pernyataan “kuliah online menyiksa mahasiswa”. Saya sangat sedih melihat pernyataan mahasiswa yang seperti itu, kenapa? Karena Indonesia sedang tidak baik-baik saja dan dunia sedang tidak baik-baik saja. Kawan-kawan sekalian, perihal yang kita hadapi sebagai mahasiswa itu semua adalah sistem. Dalam sistem ada perbaikan dan tawar menawar. Jika dalam sistem tersebut kita tidak sanggup maka kita keluar dan kita kalah. Pasti ada sisi negatifnya yaitu kerugian terhadap kita pribadi. Misalnya tidak ikut kuliah online kita di anggap tidak hadir oleh dosen, tidak mengerjakan tugas kita tidak dapat nilai, ataupun tidak bisa konsultasi skripsi akhirnya kemungkinan menunda kelulusan.
Saya pribadi saja ada beberapa tugas yang tidak dapat dikerjakan dan kuliah online yang tidak dapat saya ikuti. Saya juga sedih mungkin nilai saya akan buruk di semester ini, karena sistem online yang membuat saya keawalahan menghadapinya. Akan tetapi saya berpikir, saya akan perbaiki semuanya setelah ini karna ini hanya sistem. Dikarenakan semua bisa kita perbaiki dan ada tawar menawarnya. Meski berdampak kerugian pribadi bagi saya, tapi harus kawan-kawan sadari ada yang tidak dapat kita perbaiki, tidak ada tawar menawar, dan ini bukan sistem yaitu tentang nyawa manusia. Dengan adanya, Covid-19 membuat ribuan manusia meninggal dunia. Hal ini tidak ada yang bisa memperbaiki nyawa seseorang dan tidak ada tawar menawar dalam kematian dunia.
Dokter, tenaga Medis, Polisi, TNI, dan relawan sedang berjuang di garda terdepan untuk kita semua untuk Indonesia. Mereka semua bergotong-royong menghentikan penyebaran virus dan menyembuhkan orang yang sakit. Tidakkah kalian bayangkan jika virus ini menyebar keseluruh provinsi sampai kabupaten-kabupaten tempat teman-teman berada? Apa sistem yang kalian inginkan? Untuk diri sendiri dan keegoisan kita semua masih bisa di realisasikan, karena jika ingin jadi yang terbaik bukan mengeluh dan mengeluh tapi untuk menjadi yang terbaik adalah dengan memlampauwinya.
Bicara lagi soal uang rupiah Indonesia yang anjlok, kawan-kawan dapat dengan ringan tangan menyatakan di media sosial "rupiah anjlok hutang Indonesia makin banyak". Bicara tentang hutang, ternyata saya dan kita semua punya hutang , kepada siapa? Yaitu kepada pejuang kemerdekaan yang berdarah-darah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia demi kehidupan anak cucunya dan demi kehidupan kita agar sejahtera sampai pada saat ini. Bagaimana dan dengan apa kita bisa membayar semua perjuangan mereka?
Janganlah kita bicara hal-hal lain dengan mencari-cari kesalahan Pemerintah dan jangan saling menyalahkan satu sama lain. Mari kita sama-sama berjuang, sebab kita sekarang dalam kondisi yang kita semua tidak inginkan. Kita hanya bisa berdoa dengan sebaik-baiknya untuk dapat  melalui bulan-bulan yang menyedihkan ini dengan optimis. Karena yang di perlukan Pemerintah sekarang adalah support dari masyarakat bukan cacian. Saya adalah orang yang mencintai Negara dan  mencintai Indonesia.
Belajarlah merasakan apa yang dirasakan keluarga korban covid-19
Mengutip kata-kata ibu Raden Ajeng Kartini
"Setelah gelap terbitlah Terang"

Penulis: Ari Sudrajat, Angkatan 2017

Depatremen Kajian Strategis & Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa
#KabinetBeraksi




Komentar

Postingan populer dari blog ini

GAYA MILENIAL DALAM MEMAKNAI PANCASILA

POJOK OPINI: Dilema Anak Perantauan Saat Wabah Covid-19